Minggu, 25 Desember 2011

SISWA DAN MOTIVASI BELAJAR


1.  Pendahuluan
Belajar merupakan kegiatan yang banyak berhubungan dengan hal lain dalam rangka pencapaian tujuan. Sebagai kegiatan yang banyak berhubungan dengan hal lain, belajar tentu membutuhkan kondisi-kondisi yang memungkinkan untuk dapat terlaksana secara integratif. Oleh karena itu, proses belajar sangat erat kaitannya dengan kondisi siswa, guru, dan lingkungan belajar.

Belajar merupakan kegiatan yang juga berhubungan dengan tujuan yanng harus tercapai. Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, kegiatan belajar memerlukan kesungguhan bagi peserta didik dan komponen lainnya. Oleh karena itu, prestasi belajar siswa banyak berhubungan dengan kondisi siswa, salah satunya adalah motivasi yang ada dalam diri siswa.
Dalam pembelajaran, motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang ke arah berhasilnya pembelajaran. Hal tersebut dimungkinkan karena motivasi mempunyai tiga fungsi, yakni sebagai pendorong belajar, motivasi sebagai penyaring jenis kegiatan, dan motivasi sebagai pengarah tingkah laku (Crow and Crow, 1989: 309). Dengan demikian, motivasi merupakan bagian penting dalam pembelajaran.
Dengan adanya motivasi, seseorang (siswa) dapat melakukan aktivitas yang tentunya akan bermanfaat bagi dirinya karena motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu (Purwanto, 1993: 60). Motivasi dalam diri seseorang sangat dan akan menentukan seluruh gerak tingkah laku seseorang. Kegiatan apa pun yang dilakukan seseorang tidak akan terlepas dari motivasi yang ada dalam dirinya.
Motivasi dalam dunia pendidikan merupakan kendali yang dapat memacu ke arah tercapainya tujuan. Dengan adanya motivasi dalam pembelajaran, siswa akan merasa senang. Dorongan motivasi yang kuat akan berpengaruh terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran dan memungkinkan untuk dapat meraih prestasi belajar yang diharapkan (berprestasi tinggi).

2.  Perihal Motivasi

Jika seseorang melakukan suatu kegiatan atau tindakan, tentu ia mempunyai tujuan serta hal-hal yang mendorong mengapa ia melakukannya. Hal-hal sebagai pendorong seseorang melakukan suatu kegiatan itulah yang dinamakan motivasi.  Motivasi memperlihatkan adanya kecenderungan organisme untuk melakukan sesuatu; sikap atau perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan kepada tujuan tertentu yang telah direncanakan ( Kartono dan Gali Dulo). Pengertian ini menitikberatkan pada sesuatu perilaku yang direncanakan karena adanya tujuan.
    Cliford T Morgan menyatakan bahwa motivasi bertalian erat dengan hal lain. Motivasi bertalian erat dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan daripada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior). (dalam Wasty). Ketiga aspek ini bermuara pada tujuan sebagai sebagai aspek yang ingin dicapai. Apa pun bentuk dorongan dan keadaan yang mendorong untuk berbuat sesuatu pastilah akhirnya akan menuju pada sebuah tujuan.
Motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan. Tujuan yang jelas akan menghasilkan motivasi yang kuat karena hal itu jelas untuk dilaksanakan berhubungan dengan harapan dan cita-citanya. Motivasi yang kuat akan membuahkan suatu kegaitan yang pengerjaannya secara sunggug-sungguh.
James O. Whittaker mengungkapkan bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut (dalam, Purbatjaraka). Kondisi atau keadaan yang mendorong seseorang untuk berbuat itulah motivasi. Dari dorongan tersebut muncul berbagai kegiatan yang intinya untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan  Frederick J. Mc Donald memberikan batasan bahwa motivasi adalah tenaga di dalam diri seseorang  yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. (Purbatjaraka).
Selain itu motivasi juga dapat dikatakan sebagai penggerak seseorang untuk dapat melakukan sesuatu demi kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari motif dapat menggerakkan kita untuk memenuhi kebutuhan primer untuk hidup senang, untuk mencapai kepuasan mental, kultural, dan sebagainya. Untuk pemenuhan kebutuhan, seseorang akan melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut merupakan gambaran seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga hal yang membentuk motivasi. Pertama, faktor perubahan. Motivasi dimulai dengan adanya perubahan tenaga dalam diri seseorang. Setiap perubahan motivasi mengakibatkan adanya perubahan dan sistem neurofisiologis dari organisme manusia dan perubahan tersebut tidak diketahui. Misalnya, perasaan haus, lapar, dan lelah.
Kedua, faktor dorongan. Motivasi ditandai dengan adanya dorongan afektif. Motivasi mendorong seseorang berada dalam suatu perasaan. Secara subyektif keadaan ini bisa dikatakan sebagai emosi. Dorongan ini bisa timbul dengan kuat dan kadang-kadang lemah. Dorongan yang kuat akan tampak jelas pada peruabahan tingkah laku, misalnya, kata-kata kasar, membentak, memukul sesuatu yang ada di dekatnya, dan sebagainya.
Ketiga, faktor tujuan. Motivasi ditandai dengan adanya reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Orang yang termotivasi akan membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha untuk mencapai tujuan. Motivasi memunculkan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan, misalnya seseorang menunjukkan reaksi atau tingkah laku tertentu untuk dapat dihargai orang lain.

3.  Bentuk Motivasi

Motivasi sebagai pendorong terjadinya tindakan mempunyai bebeapa klasifikasi. Dalam mengklasifikasikan motivasi para ahli terdapat beberapa perbedaan. Hal tersebut disebabkan oleh perbendaan pandanga dalam mendefinisikan motivasi tersebut.
Sartain mengklasifikasikan motivasi menjadi dua term. Pertama, physiological drives yaitu dorongan yagn bersifat fisiologi atau jasmaniah berupa lapar, haus, dan sebagainya. Kedua, social motives yaitu dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti dorongan estetis, etika, dan lain-lain. Sedangakan ahli lain membagi menjadi unlearned motives yaitu motif-motif yang tidak dipelajari. Hal ini timbul akibat kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri manusia, misalnya rasa sakit, lapar, haus dan lainnya. Sedangkan yang lainnya adalah learned motives yaitu motif-motif yang dipelajari.
Secara umum motivasi dikelompokkan menjadi dua bagian yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a.       Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang telah tumbuh dalam diri seseorang sehingga tidak perlu lagi dorongan  dari luar. Motivasi intrinsik disebut juga motivasi murni. Artinya motivasi seperti ini merupakan hal yang tidak bisa dipaksakan dengan tekanan atau pujian. Dalam motivasi interinsik seseorang tidak memerlukan stimulus-stimulus untuk berbuat sesuatu karena ia telah  mampu mengembangkan sesuatu yang ada dalam dirinya. Sebagai contoh seorang siswa mempunyai kegemaran membaca, karena ia merasa butuh dengan bacaan, hal ini ia tidak bisa dipaksa untuk membaca. Dengan demikian motivasi intrinsik bukanlah suatu proses dorongan dengan paksaan melainkan timbul karena adanya suatu kebutuhan dalam dirinya.
b.      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang timbul akibat adanya rangsangan dari luar. Rangsangan tersebut bisa berupa tekanan, ajakan, pujian, dan lain-lain. Seseorang yang sebenarnya tidak mempunyai keinginan dalam dirinya untuk berbuat sesuatu. Karena adanya stimulus dari luar, seseorang terdorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi ekstrinsik merupakan hal yang banyak berhubungan dengan dunia sekeliling. Dari motivasi ekstrinsik muncul berupa pemberdayaan seseorang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi dirinya dalam rangka mencapai tujuan. Bagi seorang siswa motivasi ekstrinsik akan lebih efektif jika bukan saja di dapat dari sekolah, tetapi juga dari lingkungan keluarga dan masyarakat.

4.  Motivasi Belajar Siswa

Motivasi seorang siswa untuk belajar jelas akan mempengaruhi kegiatan yang dilakukannya. Pembelajaran tanpa adanya motivasi kemungkinan besar akan jauh dari keberhasilan. Dalam hal ini motivasi sebagai daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Karena itu, motivasi  terdapat beberapa fungsi yang berkenaan dengan motivasi.
Pertama,  motivasi sebagai penggerak (motor) setiap kegiatan. Dengan adanya motivasi, pembelajaran akan mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam konteks ini motivasi sangat berpengaruh terhadap kesungguhan siswa dalam pembelajaran. Siswa akan mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar jika motivasi-motivasi yang diberikan berhubungan dengan kepentingan siswa itu sendiri.
Kedua, motivasi sebagai penentu tujuan yang akan dicapai. Adanya motivasi pada diri siswa menunjukkan adanya tujuan yang ingin dicapainya. Semakin jelas suatu tujuan akan memperbesar motivasi siswa untuk melakukan suatu kegiatan.  Dengan adanya motivasi siswa akan dapat menentukan tujuan apa yang hendak dicapai ketika mereka akan memulai aktivitas belajar.
Ketiga, moetivasi dapat menentukan perbuatan yang mengarah kepada pencapaian tujuan. Tujuan dalam pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak harus tercapai. Untuk memenuhi suatu target tercapainya tujuan dalam belajar, siswa harus dapat mengidentifikasi perbuatan-perbuatannya. Perbuatan apa saja yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar. Dalam hal ini motivasi dapat dijadikan cermin bagi tingkah laku siswa yang mengarah kepada tercapainya tujuan. Dengan mengetahui tujuan memungkinkan seorang siswa hanya akan mengerjakan hal-hal yang menunjang kepada tercapainya tujuan sekaligus meninggalkan hal-hal yang dapat menghambat dan menghalangi tercapainya tujuan tersebut.
Pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang mengarahkan semua tindakan yang dilaluinya kepada satu tujuan. Dengan adanya tujuan yang harus dicapai pembelajaran akan menggunakan berbagai faktor pendukung kegiatan. Pembelajaran bukanlah aktivitas siswa tanpa arahan, melainkan harus dapat menggerakkan siswa untuk melakukan hal-hal yang mengarahkan tercapainya tujuan pembelajaran. Tugas seorang guru bukan sekedar menerangkan apa yang tertera dalam buku, melainkan harus dapat memotivasi, membeikan inspirasi,  serta memotivsi siswa ke arah tercapainya tujuan yang telah digariskan.
Dorongan seorang guru terhadap siswa untuk dapat selalu belajar dengan semangat merupakan motivasi yang tidada tara. Hal itu dimaksudkan untuk tercapainya suatu tujuan dengan tercapainya suatu tujuan berbarti telah ada perubahan. Perubahan dalam segala aspek merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk dilakukan. Sebagaiman firman Allah dalam al-Quran (QS, 13: 11 )

  إن اللــــه لايغيرمابـقوم حتى يغيرما با نفسهم

Artinya: Sesunggughnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum  sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Agar siswa bergairah dalam belajar, guru harus pandai-pandai memberikan motivasi. Guru harus mengetahui tingkah laku siswanya serta motif-motif yang mendorong adanya tingkah laku tersebut. Dalam memberikan motivasi kepada siswa, seorang guru hendaknya memperhatikan lebih seksama bentuk-bentuk motivasi yang sesuai dengan perkembangan kejiwaan siswa.
Belajar bagi siswa  harus dimotivasi sebagai kebutuhan paling fundamental bagi dirinya. Kebutuhan akan belajar pada diri siswa  sebagai wujud munculnya dorongan untuk meraih sukses dengan berbagai prestasi.  Salah satu kesuksesan sebagai prestasi belajar siswa dihargai dan menadpat berbagai hal yang positif. Salah satu motivasi teringgi dalam belajar adalah seseorang ingin mendapatkan perubahan dalam skala makro yang berkenan dengan diperolehnya ilmu pengetahuan. Dalam al-Quran seorang muslim belajar dengan motivasi mendapatkan derajat di sisi Allah swt. Sebagaimana firman-Nya (Q.S. 58: 11)
       يرفع اللــــه الذيـن أمـــنوا منــكم والذيــن أو تــو العــلم درجا ت
Artinya:  Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
             orang-orng yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Tampaklah bahwa motivasi yang ada dalam diri siswa  mempunyai dominasi peran yang penting  dan menyeluruh baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Beberapa contoh dapat dikemukakan, misalnya seorang siswa mau belajar karena takut akan sanksi-sanksi yang diberikan oleh guru bila ia tidak mau belajar atau dia mau belajar karena ingin dipandang sama dengan teman-temannya. Dia tidak ingin dipandang sebagai murid yang bandel, ia ingin menunjukkan sikapnya yang baik terhadap guru. Keinginan-keinginan tersebut merupakan wujud nyata dari kebutuhan fisiologis, keamanan, dan sosial merupakan akibat  faktor ekstern.

5.  Kaitan Motivasi dengan Prestasi Belajar.

Prestasi merupakan buah dari aktivitas seseorang. Orang melakukan aktivitas apa pun erat kaitannya dengan prestasi yang didapatkannya dari aktivitas tersebut. Prestasi banyak berkenaan dengan seluruh aktivitas manusia. Aktivitas manusia berupa belajar, bekerja, dan lainnya tentu dalam kurun waktu tertentu dapat dinyatakan baik, kurang, atau perlu mendapat perhatian. Hal tersebut berkenaan dengan pencapaian prestasi yang telah diraihnya.
Di sekolah siswa sudah tidak asing lagi dengan istilah prestasi. Pada lingkungan pendidikan prestasi diartikan sebagai kemampuan siswa dalam mencapai suatu tingkat pengetahuan yang biasanya dilambangkan dengan angka-angka atau huruf. Prestasi belajar ialah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Presatasi belajar juga digambarkan dalam bentuk indeks prestasi. Indek prestasi merupakan gambaran kemampuan siswa dalam setiap mata pelajaran. Dengan adanya indeks prestasi, dapatlah terukur sejauhmana kemampuan seseorang dalam suatu bidang atau secara keseluruhan. Indeks prestasi  adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai yang menggambarkan mutu prestasi belajar selama satu program semester (Purwanto).
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan seseorang dalam menguasai pengetahuan atau kerterampilan baik secara berkala (semester) atau secara keseluruhan (indeks prestasi komulatif). Prestasi belajar sebagai nilai dapat dinyatakan dengan huruf atau angka-angka berdasarkan ketentuan yang yang telah dibakukan. Dengan demikian prestasi belajar merupakan gambaran kemampuan seseorang yang dinyatakan dalam bentuk nilai baik angka maupun huruf.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhinya baik secara langsung ataupun tidak. Ada beberapa faktor faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Secara global Muhibbin Syah membagi faktor tersebut menjadi tiga: (1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. (2) Faktor eksternal (faktor dariluar diri siswa) yakni kondisi lingkungan sekitar siswa. (3) faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni upaya belajar sisw yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan pembelajaran materi-materi pelajaran (Muhibbin Syah)
Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan psikologis. Kedua aspek ini  jelas akan sangat berperan bagi seseorang dalam melakukan berbagai aktiviatas, termasuk di dalamnya kegiatan pembelajaran. Aspek fisiologis berupa jasmani dalam melakukan aktivaitas harus dalam keadaan prima. Kondisi fisik yang lemah, sakit-sakitan, kurang penglihatan, dan lainnya akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar. Oleh karena itu, kondisi tubuh yang sehat sangat diperlukan dalam belajar.
Adapun aspek psikologis yang termasuk di dalamnya di antaranya kecerdasan, kematangan, sikap, bakat, minat, dan motivasi. Aspek-aspek tersebut mutlak adanya dalam proses pembelajaran bagi siswa. Hal tersebut sangat berperan dalam upaya meraih prestasi belajar bagi siswa. Seorang siswa dengan tingkat intelegensi yang matang, respon terhadap pelajaran, bakat dan motivasi yang kuat dari dalam dan luar akan mendukung tercapainya keberhailan belajar yang maksimal. Akan tetapi, jelas harus juga ditunjang oleh faktor fisiologis.
Dalam prakteknya aspek-aspek psikologis merupakan bagian-bagian yang mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang laiannya. Dengan demikian kuranglah tepat jika seseorang hanya mementingkan salah satu aspek saja. Dalam hal ini seluruh aspek harus mendapat perhatian yang sama. intelegensi yang tinggi tidaklah cukup menjamin keberhasilan belajar seseorang  secara maksimal. Oleh karena itu,  faktor sikap, minat, bakat, dan motivasi  sangat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah ditentukan bagaimana pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar. Motivasi mempunyai peran penting dalam pembelajaran. Tanpa ada motivasi dalam pembelajaran akan mengakibatkan pincangnya aspek psikologis yang juga akan berpengaruh terhadap aspek fisiologis. Pada kenyataannya kita sering merasakan bahwa aspek psikologis lebih mampu  memainkan perannya daripada aspek fisiologis. Lain halnya dengan kondisi fisiologis yang tidak sempurna. Hal itu dapat saja ditunjang dengan aspek psikologis yang memadai.
6.  Simpulan

Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajar. Dengan demikian motivasi yang tinggi mutlak diperlukan dalam pembelajaran demi tercapainya prestasi yang gemilang.
Terdapat korelasi antara  motivasi dengan prestasi belajar sehingga adanya motivasi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang mempunyai prestasi dengan kriteria baik umumnya mereka memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi. Sebaliknya, siswa yang prestasi belajarnya kurang, umumnya mereka kurang memiliki motivasi dalam belajar
Untuk mengembangkan prestasi belajar siswa, guru harus mampu memotivasi agar siswa berkeinginan untuk belajar lebih bergairah. Karena itu, kemampuan memilih model serta bentuk motivasi mutlak diperlukan oleh seorang guru.








DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahnya
Crow, D. L. and Alice Crow. 1989. Educational Psychology, Terjemahan Abdurahman Abror, Yogyakarta: Nur Cahaya

Departemen Pendidikan dan Kerbudayaan, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka

Indrakusuma, A. D. t.t. Pengantar Ilmu Pendidikan sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis, Surabaya: Usaha Nasional

Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS

Mastuhu. 1999.  Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos

Patty, F. 1992. Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional

Purwanto, N. 1993.  Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya

Poerbakawatja, S. 1981.  Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung


Syah, M. 1995.  Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru,  Bandung: Remaja Rosda Karya

Soemanto, W. 1990. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar